Bernostalgia di Oeklam Oeklam Kayoetangan

Seorang anak menumpangi jeep willys berpose dengan senapan antipesawat. (Terakota/Alinda Putri Dewanti).
Iklan terakota

Reporter : Alinda Putri Dewanti

Terakota.id–Sejumlah mobil jeep willys terparkir di Jalan Basuki Rachmat Kota Malang, Jumat 30 Agustus 2018. Kendaraan ini biasa digunakan prajurit militer dalam perang dunia ke dua. Lengkap dengan senjata otomatis, beserta peluru kaliber 12,7 milimeter. Sebuah senapan antipesawat. Sejumlah serdadu berpakaian militer perang dunia ke dua juga bersiaga, duduk di balik kemudi.

Mereka adalah komunitas Reenactor Malang yang tengah memeriahkan Oeklam-Oeklam Heritage nang Kayoetangan diselenggarakan Malang Raya Heritage. Sementara di sepanjang jalan raya, dulu Jalan Kayutangan ini berjajar gubuk berdinding anyaman bambu dan beratap welit dari anyaman daun tebu kering. Setiap gerai menjajakan aneka kuliner lawas, permaianan tradisional dan memerkan aneka perabot dan barang lawasan.

Hilir mudi, warga Malang menyusuri sepanjang Jalan Kayutangan sembari bernostalgia pusat pertokoan di pusat Kota Malang. Sebagian mengenakan pakaian kuno, model tempo dulu. Mengenakan blangkon, baju lurik dan bercelana kain. Sedangkan perempuan kebaya dan berkain jarik. Mereka juga bernoslagia dengan penganan lawas seperti gulali.

“Saya membeli es ganefo,” kata salah seorang pengunjung, Suwandi. Warga Malang ini mengaku jajanan lawas ini, kini jarang dijumpai. Ia mengapresiasi menghadirkan suasana tempo dulu di pusat Kota Malang ini.

Pegunjung Oeklam-Oeklam Heritage nang Kayutangan menjajakan gulali kepada pengunjung. (Terakota/Alinda Putri Dewanti).

Namun, tak sekadar menarik kita seolah memasuki zona waktu ke masa lampau. Suwandi berharap bangunan cagar budaya di sepanjang Jalan Kayutangan untuk tetap dijaga, dirawat dan dilestarikan. Lantaran banyak bangunan yang rusak, dan dibiarkan tak terawat hingga dimakan usia. Hancur.

Suwandi menemukan banyak kuliner modern yang dijajakan di gerai tersebut. Sehingga susana tempo dulu tak begitu kuat menyentuh. Ia membandingkan dengan Malang Kembali atau Malang Tempo Doeloe di Jalan Ijen. “Lebih bagus di Jalan Ijen. Lebih komplit di sana,” katanya.

Selain itu, jumlah gerai dan pengunjung juga membludak. Berbeda dengan Suwandi, Endah mengaku jika Oeklam-Oeklam Heritage nang Kayoetangan di Jalan Basuki Rachmat lebih asyik. Lebih meriah dan menyajikan kisah kekunoan. “Enak jalan-jalannya. Meriah. Lumayan berhasil. Nostalgia, mengenang masa lalu,” katanya.

Wali kota Malang Sutiaji dan Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko menanam tanaman kayutangan (Euphorbia tirucalli L) di median jalan. Sebagai penanda dibuka Oeklam-Oeklam nang Kayoetangan. Sekaligus mendeklarasikan Kayutangan sebagai Ibu Kota Heritage Malang Raya. “Tahun ini koridor kayutangan dibangun. Menjadi jalan atu arah, media jalan dihilangkan,” katanya.

Wali Kota Malang Sutiaji dan Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko menandatangani ketetapan Kayutangan sebagai Ibu Kota Heritage Malang Raya. (Terakota/Alinda Putri Dewanti).

Trotroar atau pedestrian semakin lebih untuk memudahkan wisatawan menikmati suasana di Jalan Kayutangan. Revitalisasi koridor kayutangan dianggarkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan 2018 sebesar Rp 18 miliar. Koridor kayutangan, katanya, mulai di depan kantor PLN sampai pusat perbelanjaan Sarinah.

“Kota Batu dan Kabupaten Malang memiliki kekhasan. Koridor Kayutangan akan menjadi ciri khas Kota Malang. Malang untuk Indonesia dan dunia,” ujarnya. Koridor Kayutangan dijadikan ruang publik, bisa dimanfaatkan untuk komunitas dan kegiatan warga Malang. Mengakomodasi ekonomi kreatif, seni dan budaya tradisional.

Sehingga bakal memadukan unsur modern dan tradisional. Membangun kolaborasi, lintas sektoral dan wilayah. Sehingga diharapkan Malang Raya bakal menjadi destinasi wisatawan dunia. Sekaligus berharap menggeser destinasi wisata di tempat lain. Apalagi tahun depan Bandara Abdulrachman Saleh menjadi bandara internasional.

Sutiaji mengenakan pakaian yang selaras dengan masa lalu. Mengenakan kemeja putih, dibalut jas dan berkain. Serta mengenakan blangkon sebagai tutup kepala. Namun, ia tak memahami makna pakaian yang biasa dikenakan. “Pakaian urusan istri, Saya ikut saja. Pokoknya tempo dulu,” katanya.

Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko mengapresiasi penetapan Ibu Kota Malang Raya Heritage di Kayutangan. Ia berharap Kota Malang mengeksplorasi benda cagar budaya yang tersebar di kawasan Kayutangan dan sekitarnya. “Selamat Kayutangan sebagai ibu kota heritage Malang Raya. Saya sering lewat sini, berangan-angan ada sesuatu. Bangunan cagar budaya memiliki kekuatan,” katanya.

Kini, katanya, destinasi wisata di Malang Raya menjadi lengkap. Kota Malang memiliki kawasan heritage dan wisata kuliner. Kota Batu menyediakan wisata alam dan buatan. Sedangkan Kabupaten Malang memiliki keindahan pantai. “Wisatawan bisa tingga di Malang Raya selama tiga hari sampai seminggu,” katanya.

Ketua Malang Raya Heritage Himawan Mashuri menjelaskan Malang Raya Heritage bekerja dalam ranah pelestarian, pencerahan dan penguatan untuk peradaban. Kayutangan dipilih sebagai Ibu Kota Herutage di Malang Rata karena posisinya berada di tengah.

“Nama kayutangan satu-satunya di dunia. Koridornya paling panjang,” katanya. Selain itu secara fisik banyak bangunan bersejarah yang patut direvitalisasi. Malang Raya Heritage memiliki tim ahli cagar budaya, sejarah dan biologi.