
Reporter : Yogi Fachri Prayoga
Terakota.id–Perkembangan teknologi informasi, mengubah konsepsi informasi. Jika dulu informasi dikendalikan media, saat memasuki era digital publik yang mengendalikan informasi. Media konvensional seperti koran, radio dan televisi menentukan berita yang disiarkan.
Pemimpin Redaksi Terakota.id, Eko Widianto menyampaikan saat ini, konsumen media yang mengendalikan informasi dan menentukan berita yang dikonsumsi. Termasuk berkomentar dan membagi informasi tersebut. Eko menyampaikan dalam bincang media dalam acara pesta Malang sejuta buku pekan lalu.
Bahkan tak hanya jurnalis yang memonopoli informasi. Namun, masyarakat juga bisa menyampaikan informasi melalui beragam media termasuk media sosial. Kondisi ini berdampak terhadap bisnis media arus utama.
Oplah media cetak semakin menyusut, stasiun televisi bersaing dengan kreator konten di youtube. Selain itu, kepercayaan publik semakin menurun terhadap media arus utama. Terjadi oligopoli produk pers di Indonesia, hanya 12 kelompok media besar yang menguasai media massa.
Sementara demokrasi memberikan ruang bagi publik untuk melakukan kontrol atau pengawasan terhadap pers. Sebagai pilar demokrasi, redaksi harus terbuka dan tak bisa dikendalikan oleh pemodal sehingga pers tak kehilangan konsumen setia.
Sementara media daring atau siber selama ini hanya mengejar kecepatan dan kurang disiplin verifikasi. Jika televisi dikendalikan rating dan sharing, media daring juga mengejar klik. Sehingga terjadi malapraktik jurnalistik seperti berita dengan judul bombastis, dan sensasional.
Seharusnya media daring mampu memberikan berita yang beragam dan kaya data. Untuk itu, Terakota.id hadir sebagai media alternatif dalam maraknya media mengejar klik. Berita sejarah, seni, budaya dan wisata jarang mendapat ruang pemberitaan di media massa. Terakota.id menyajikan berita dalam multiplatform, meliputi teks, grafis, foto dan video.
Sementara Indonesia memiliki kekayaan seni, budaya dan wisata. Termasuk memiliki cerita sejarah panjang di negeri ini. Terakota.id khusus mengangkat berita wisata, sejarah, seni dan budaya. Selain itu, media alternatif juga harus melawan informasi bohong atau hoax yang berkelindan di lini masa media sosial.
Untuk itu, Eko mengajak semua pihak seperti blogger, pegiat media sosial untuk berkolaborasi dalam melawan hoax. Mengingat hoax bisa menimbulkan konflik dan sifat permusuhan. “Waktunya berkolaborasi, bukan berkompetisi,” katanya.
Prasetyo K. pendiri akun instagram @lingkarmalang mengaku telah memiliki pengikut atau follower sekitar 223 ribu. Memberikan informasi seputar Malang, mengenai sejarah, pariwisata seni dan budaya. “Sekarang dikembangkan menjadi portal berita lingkarmalang.com,” katanya.
Lingkarmalang.com, katanya, mengangkat beragam tema dan bekerjasama dengan komunitas untuk mengangkat di dunia maya. Termasuk mempromosikan kegiatan yang diselenggarakan komunitas di Malang.
Pegiat blogger juga berkolaborasi dalam malangcitizen.com, sebuah portal berita yang dikerjakan para blogger di Malang. Sri Rahayu dari Malangcitizen.com, menjelaskan portal ini dikembangkan untuk mengangkat usaha kecil, mikro dan menengah di Kota Malang. “Potensi UMKM dieksplorasi di sini,” katanya.

Merawat Tradisi Menebar Inspirasi