
Terakota.id—Batik Tulis Lintang Karangploso, Kabupaten Malang membuat tiga desain baru yang khusus diproduksi saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Terdiri atas desain batik bermotif Kawung Garudeya, Garudeya Sidomukti dan Covid-19.
“Motif Covid-19 tidak akan kami produksi meskipun ada yang pesan,” kata pemilik Batik Lintang, Ita Fitriyah dalam siaran pers yang diterima Terakota.id, Sabtu 25 Juli 2021.
Ita yang juga humas Paguyuban Pembatik Kabupaten Malang Hasta Padma ini beralasan Covid-19 merupakan penyakit atau wabah yang tidak layak diabadikan sebagai bagian karya adiluhur budaya bangsa. Ia membuat desain motif Covid-19 karena momentum kesedihan. Saat itu, suami, kolega dan teman yang terinfeksi Covid-19.
Selain itu, sejumlah pembatik harus isoman lantaran terinfeksi Covid-19 atau keluarganya yang terkonfirmasi positif Covid-19. “Ada yang pulih, bahkan ada yang meninggal. Jadi cukup satu ini saja,” kata alumnus Teknik Tekstil ITN Malang. Desain motif Batik Lintas yang berdiri sejak tujuh tahun lalu ini eksklusif.

Ita merencanakan melelang batik motif Covid-19, separuh keuntungannya bakal disumbangkan kepada yatim piatu dan warga sekitar galeri Batik Lintang yang sedang isoman. Maupun warga yang terdampak pandemi Covid-19.
Selama PPKM Darurat, katanya, sulit memasarkan kain batik. Nyaris tak ada kain batik yang terjual. Hanya tiga kain batik yang dibeli Menteri Pertanian yang diwakili Kepala Badan Ketahanan Pangan, saat acara Agro Technovition yang yang diselenggarakan Badan Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur 23-24 Juni 2021.
Yakni motif Parang Arjuno Tlogosari, Liris Tlogosari dan Sidomukti Tlogosari. Semua motif karya asli Batik Tulis Lintang. Motif Tlogosari sendiri dihibahkan Batik Tulis Lintang kepada Pemerintahan Desa Ngijo Karangploso sebagai motif khas Desa Ngijo. Lantaran Ngijo memiliki telaga dan banyak ditumbuhi pohon telagasari.
“Perajin batik tulis harus ekstra untuk memasarkan produknya. Sekarang selama PPKM Darurat membuat minat pembeli terjun bebas, ” kata Direktur Pemasaran Batik Tulis Lintang D.Indra. Batik Lintang membina 10 pembatik, kini harus rela mengerem produksi sejak pasar batik merosot selama pandemi Covid-19. Rata-rata setiap bulan menghasilkan sekitar 70 lembar kain batik. Kini, hanya 10 lembar.
Indra sendiri telah menjalani isoman selama 14 hari setelah terkonfirmasi Covid-19. Isoman, katanya, bukan berarti berhenti berkreasi dan menciptakan desain baru. Darah seni dan kebiasaan berkreasi tak bisa dibendung, selama isoman Indra justru membuktikan tetap produktif dengan menciptakan tiga desain batik motif baru.

Jalan, baca dan makan