Bahasa Indonesia Penangkal Gurita Raksasa

Iklan terakota

Terakota.id–Kemunculan finansial teknologi mengubah arah sistem ekonomi global. Banyak pelaku usaha yang mulai banting setir merambah pasar digital. Inovasi bisnis yang diintegrasikan dengan teknologi informasi dan komunikasi terus bermunculan. Indonesia ternyata merupakan salah satu negara yang berhasil menangkap peluang ini. Tidak sedikit anak bangsa yang mulai terjun berbisnis di dunia digital. Perusahaan rintisan atau biasa disebut dengan start up mulai bermunculan di Indonesia, bahkan empat diantaranya sudah berlevel Unikorn.

Lembaga penelitian Amerika, Bain and Insight Report memprediksi bahwa akan ada 10 perusahaan rintisan di ASEAN yang akan melejit pada 2024, empat diantaranya berasal dari Indonesia. Keempat perusahaan rintisan itu adalah Bukalapak (peringkat 9), Traveloka (peringkat 7), Tokopedia (peringkat 5), dan Gojek (peringkat 2). Melihat pemeringkatan ini, maka Indonesia sesungguhnya memiliki potensi yang menjanjikan dalam merajai pasar digital ASEAN.

Permasalahan muncul ketika investor asing mencoba untuk mengaukisisi potensi ini. Berdasarkan data yang dipaparkan oleh CNN Indonesia, Gojek disuntik dana investasi oleh perusahaan besar seperti Tancent (Tiongkok), Google (Amerika). Gojek bukanlah satu-satunya perusahaan yang disuntik oleh perusahaan asing. Tokopedia pun juga mengalami hal serupa. Disuntik oleh Soft Bank (Jepang) dan Alibaba (China). Investasi dari asing memang dibutuhkan untuk memasok kekuatan perusahaan dalam negeri, tapi perlu ada satu aset yang sangat penting untuk dilindungi yaitu data. Di era digital ini, data memiliki potensi yang jauh lebih besar daripada minyak. Orang yang mampu menganalisis dan mengendalikan data akan mampu membaca sekaligus memainkan selera pasar.

Perusahaan besar tingkat internasional tampaknya tahu betul potensi Indoneisia di tingkat ASEAN. Jumlah penduduk ASEAN ada 600 juta jiwa, dan 250 juta berasal dari Indonesia. Jumlah 250 itu didominasi oleh kelas menengah sehingga ini menjadi lahan yang sangat subur untuk menarik konsumen. Apabila data ini diambil dengan mudah oleh para pendonor asing, maka amat sangat disayangkan. Perusahaan asing seperti Google, Soft Bank, dan Alibaba serta Tansen akan semakin menggurita. Itulah sebabnya perlu garda terdepan yang mampu menghalau gurita raksasa agar tidak merambah ke Indonesia. Inovator Indonesia dan konsumen Indonesia harus mampu menjadi raja di negeri sendiri. Priorotas pertama adalah pengutamaan bahasa Indonesia di ruang digital.

Mewujudkan Mimpi

Jepang, China, Korea, dan India merupakan contoh negara di Asia yang sukses merambah pasar global melalui bahasa. Tidak sedikit produk Jepang yang ditulis menggunakan huruf kanji dan berbahasa Jepang tapi laku di pasar internasional. China pun melakukan hal yang sama sehingga membuat bahasa Mandarin mulai diperhitungkan untuk dipelajari setelah bahasa Inggris. Korea dan India juga tak kalah sukses.

Melalui budaya dan seni, kedua negara ini mampu menghipnotis masyarakat global, khussusnya Asia. Film terutama lagu dari Korea dan India tetap menggunakan bahasa aslinya dan nyatanya hal itu tidak mengurangi kecintaan penggemar di seluruh dunia terhadap seniman dari kedua negara tersebut. Para penggemar mereka bahkan mau untuk memelajari bahasa Korea dan India karena kecintaan pada karya yang ditampilkan.

Kualitas isi atau konten memang merupakan faktor utama para konsumen mengonsumsi barang atau jasa yang mereka inginkan. Kualitas yang hebat harus diiringi dengan rasa percaya diri terhadap bahasa nasional yang digunakan. Empat negara tersebut membuktikan bahwa produk barang dan jasa yang berkualitas akan dicari dan dituruti oleh konsumen.

Pada tahun ini, pasar digital Indonesia memiliki kualitas yang unggul. Inovasi anak bangsa sedang bagus-bagusnya dan dilirik oleh berbagai perusahaan rasaksa dunia. Alangkah lebih baik apabila kesempatan emas ini digunakan untuk mengangkat bahasa Indonesia. Balai bahasa Indonesia juga selalu menambahkan kosa kata hingga padanan kata baru yang terkait dengan teknologi informasi. Upaya ini dilakukan untuk memperkaya diksi bahasa Indonesia. Bahasa merupakan cerminan dari pikiran. Bahasa juga merupakan instrumen kekuasaan. Jadi apabila ingin  benar-benar berdikari terhadap produk sendiri, maka tidak ada salahnya apabila menu hingga sub menu dan segaalaa instrumen dalam aplikasi-aplikasi milik anak bangsa ini diubah menjadi bahasa Indonesia seutuhnya.

Selain untuk melindungi data yang krusial, ada tongkat estafet impian bersama dari para pendiri bangsa ini melalui bahasa Indonesia. Dulu mereka menggunakan bahasa Indonesia karena punya mimpi Indonesia merdeka. Mimpi bersama tersebut dapat digaungkan kembali melalui bahasa Indonesia dalam era digital sehingga Indonesia bukan hanya merdeka tetapi menjadi salah satu negara maju di dunia. Masa depan dimulai dari langkah kecil yang dilakukan hari ini. Sudah saatnya memangkas campur tangan gurita rasaksasa, dan menunjukkan pada dunia bahwa generasi emas Indonesia telah tiba, melalui bahasa Indonesia.