
Terakota.id–Delapan anak muda yang tergabung dalam Tim Arkamaya Performance Research dari Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya menelusuri sejarah delapan tokoh pers Indonesia. Meliputi H.O.S. Tjokroaminoto, B.M. Diah, Herawati Diah, Rosihan Anwar, Mochtar Lubis, PK Ojong, Jakob Otama, dan Ashadi Siregar.
Selama sebulan tim bertandang ke Yogyakarta dan Jakarta untuk napak tilas jejak kedelapan tokoh pers itu. Selain berbentuk laporan penilitian, hasil penelusuran juga dikemas dalam bentuk film yang berjudul Ekspedisi Butir Tinta.
Eksibisi Tim Arkamaya juga sebagai proyek lanjutan dari angkatan sebelumnya, yaitu Sadajiwa yang juga mengangkat tokoh-tokoh pers. Berangkat dari keresahan kondisi media saat ini, Arkamaya kembali memilih untuk mengangkat sosok penting di Indonesia yang berkaitan dengan pers.
“Dari Arkamaya, harapan kami sebagai wadah penerang untuk mahasiswa-mahasiswa yang ada di Malang, untuk para pegiat pers juga, agar kembali mengenal tokoh-tokoh penting dalam perkembangan pers,” kata Ketua Tim Arkamaya, Singgih menerangkan.

Singgih khusus mengangkat Ashadi Siregar. Ia juga berkesempatan bertemu langsung dengan pendiri Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerbitan Yogya(LP3Y)tersebut. Ashadi Siregar berpesan jika seorang jurnalis harus memperhatikan etika dalam jurnalistik. Dalam membuat berita harus sesuai fakta bukan opini.
Salah seorang anggota Tim Arkamaya, Putra mengalami pengalaman yang tidak kalah menarik saat penilitian. Tokoh pers dipilihnya adalah tokoh yang sudah lama meninggal tapi memiliki pengaruh besar bagi pers di Indonesia. Bahkan terlibat dalam perjuangan Indonesia selama masa pra kemerdekaan.
Putra memilih tokoh pers H.O.S. Tjokroaminoto. Berbekal berbagai literatur yang membahas tentang sosok pemilik Rumah Peneleh ini, ia memberanikan diri untuk terjun melakukan penilitiannya. Baginya penelitian ini akan terus berlanjut. Dia ingin mengenal Jang Oetama (sebutan bagi Tjokro) lebih dalam lagi setelah menemui keluarga, serta orang-orang terdekat Tjokroaminoto.
Hasil penelitian Tim Arkamaya dipamerkan selama empat hari berturut-turut dengan tajuk “Perjuangan Belum Berakhir”. Perjuangan belum berakhir berisi tentang kisah mengenai perjuangan tokoh pers. Perjuangan mewujudkan kemerdekaan serta pers ideal di Indonesia yang direfleksikan dengan realita jurnalisme Indonesia saat ini.
Selain pameran, agenda diisi dengan pemutaran film serta penampilan monolog, wayang wolak walik, serta teater dari berbagai komunitas di Malang. “Saat ini media diam dengan apa yang terjadi pada saya” teriak seorang penampil Monolog dari Ruang Karakter Galeri Raos Batu, di akhir acara pada 21 April 2018.
