Andang Bachtiar Melembutkan Batu dengan Bermusik

Proses rekaman album Melembutkan Batu karya Andang Bachtiar di Pondok Studio Malang. (Foto : Redy Eko Prastyo).
Iklan terakota

Terakota.id-Ahli geologi berpuisi dan bermusik? Memang langka. Andang Bachtiar mungkin satu-satunya ahli geologi yang menulis puisi, dan bermusik. Selama sepekan, bekas anggota Dewan Energi Nasional (DEN) yang biasa disapa ADB ini melakukan proses rekaman di Pondok Musik, Kota Malang. ADB biasa bergelut dengan batu dan mineral, kini berinteraksi dengan seni musik dan sastra.

“Latar belakang ilmunya teknik, senengane (Sukanya) sastra,” kata ADB kepada Terakota.id, pekan lalu di Pondok Seni. ADB menyukai seni dan sastra sejak SMA di Malang. Bahkan, ia sempat menjuarai lomba baca puisi se Kota Malang. Setelah menamatkan pendidikan Ilmu Geologi di Institut Teknologi Bandung, ia banyak berkutat dengan mineral, dan minyak bumi. Namun, sastra tetap lekat di harinya.

“Saya hampir tiap hari menulis. Sambil menulis laporan. Terus menulis di buku catetan biasanya tulisan Bahasa Inggris-pun ada rima-nya. Kecuali menulis laporan ilmiah beda ya,” katanya.

Puisi dan catatan yang ditulis sejak 10 tahun terakhir, disimpan dan dikumpulkan. Awalnya kumpulan puisi akan diterbitkan, namun belum terealisasi hingga kini. Lantas ia bertemu band indie asal Malang splendid dialog di sebuah pertunjukan di Paris, Prancis akhir 2019. Setelah mundur dari DEN, ADB menjadi geolog merdeka yang berkantor di Paris.

“Ketemu anak-anak ini (Splendid Dialog), sisan dadekno ngene ae, sisan onok musike (Sekalian dijadikan begini, sekalian ada musiknya),” katanya.

Proses rekaman album Melembutkan Batu karya Andang Bachtiar di Pondok Studio Malang. (Foto : Redy Eko Prastyo).

Ternyata, kata ADB, aransemen musik Spendid Dialog turut memperkuat artikulasi puisinya. Sehingga menjadi menarik dan menjadi pengalaman baru bagi ADB. “Dari dulu saya bermusik juga, nyanyi juga. Tapi membuat musik lagu dari puisi karena kolaborasi dengan orang lain menjadi lebih kaya,” ujarnya.

Geologi, ujarnya, merupakan ilmu sejarah. Selain sejarah juga ilmu deskripsi seni. Memahami fisik bumi dan sejarah pembentukannya. Melihat  fenomena yang ada, seperti melihat bebatuan, Ilmu geologi dengan berhubungan dengan seni, terutama filsafat. Puncaknya filsafat, pemahaman tentang bumi. Kebesaran bumi, ujarnya, merupakan kebesaran Tuhan.

“Prinsip saya manusia itu bagian dari bumi. Nah itu, kecil sekali kita ini,” ujarnya. ADB belajar ilmu geologi sejak 1978, selama 43 tahun ADB telah mencapai puncaknya. Album bertajuk Melembutkan Batu ini juga didukung sejumlah musisi asal Malang. Banyak mengisahkan mengenai bumi, bebatuan dan mineral.

Wes kesel nyambut gawe, arep gawe lagu wae. Gawe lagu malah tambah mumet. (Sudah lelah bekerja, membuat lagu saja. Ternyata membuat lagu malah tambah pusing). Haha…..,” katanya sambil tergelak tertawa.

Selama proses rekaman berlangsung lancar. ADB mengaku lelah, dan baru merasakan proses rekaman. Sebelumnya, ia menjadi produser album mendiang Leo Kristi pada 2015 lalu. “Dulu nunggui Leo Kristi nggak iku berproses di dalamnya, cuma urusan di luarnya. Ternyata sakit ini. Proses kreatif ini sakit, tapi sakit-sakit nikmat,” ujarnya.

Lagu pertama yang diaransemen Splendid Dialog berjudul Sajak Orang Biasa. Dari ratusan puisi ADB, dipilih sebanyak 13 puisi yang digubah menjadi lagu. Personil Splendid Dialog, Andreas Jalu menjelaskan untuk memproduksi ketiga belas lagu tak ada batasan.  “Nggak ada batasannya, ada yang lama, sangat lama. Ada yang sebulan, ada yang setengah hari,” ujar Charles.

Kadang saat memikirkan puisi cukup dalam, saat bermain gitar langsung keluar inspirasinya. “Pandangan kita kan subjektif. Sesuatu yang baru tentang batu, filsafat batu. Iki opo (Ini apa)? Setelah ketemu baru dijelaskan, seperti tadi. Makanya gak jadi-jadi. Hahaha….,” kata Charles sambil tertawa.

Charles berusahakan mengenal sosok ADB sebelum menyelesaikan ketiga belas lagu. Mencari preferensi musik, dan masa kecil ADB. Setiap lirik yang ditulis ADB, katanya, pasti ada sejarahnya. “Akhirnya oh…. Begini toh. Jadi kita nggak memakai perspektif kita sendiri,” katanya.

Prosedur Pelaksana dan Sound Design Artistic Redy Eko Prastyo mengatakan cara penyampaian para musisi tak sama penyampaiannya dengan ADB. Andang membacakan puisi berbeda cara menangkapnya dengan mereka.

Bahkan ada sebuah lagu yang tak kunjung selesai, sementara saat itu ADB di Malang hanya tinggal dua hari. Sebuah lagu yang sangat mendalam dan akan dialami semua orang. “Gongnya ini bukan cuma yang dialami Mas Andang, tapi semua orang,” kata salah seorang personil Splendid Dialog, Endri Wahyu sebagai penata musik.

Puisi tersebut menceritakan tentang reuni, terus ada teman yang meninggal. Terus berkurang. Kebetulan Splendid Dialog kehilangan seorang personilnya. Format sudah jadi tapi saat bernyanyi pasti kepedhot-pedhot (Terputus-putus).

“Lagu tentang kematian. Ketok e ganok (Kelihatannya tidak ada) Geologinya,” ujar ADB. Judulnya Ode. Ode itu lagu duka. Ode, satu persatu pergi.

 

2 KOMENTAR

Tinggalkan Komentar

Silakan tulis komentar anda
Silakan tulis nama anda di sini