Anatoly Karpov dan Garry Kasparov Bertemu di MRT  

Beberapa waktu lalu terjadi pertemuan antara Jokowi (Mantan Capres nomor 01) dengan Prabowo (Mantan Capres 02) di statsiun Moda Raya Terpadu (MRT), Lebak Bulus.  Pertemuan ini dianggap penting karena menjadi  awal adanya rekonsiliasi pasca “perseteruan” Pemilu 2019.

Iklan terakota

Terakota.id– Tak ada petir menggelegar. Namun Garry Kasparov mendadak cemas. Pikirannya juga campur aduk tidak karuan. Ia tidak bisa tidur dengan tenang. Maklum, ia akan menghadapi masa-masa menegangkan. Masa-masa yang akan menentukan kredibilitas dirinya di masa datang. Tetapi tak ada jalan lain. Ia tak mau mundur sedikitpun.

Pemain catur dunia yang bernama asli Gari Weinstein itu pada tahun 1984 harus menantang grand master catur dunia, Anatoly Karpov. Saat itu ia berusia 22 tahun. Sementara lawannya 33 tahun. Usia matang dan berpengalaman bagi seorang pecatur seperti Karpov.

Pertandingan catur berlangsung menegangkan sekaligus dramatis. Beberapa sumber mengatakan bahwa pertandingan Kasparov melawan Karpov berlangsung selama lima bulan dengan 48 partai dihasilkan secara remis. Sementara itu, juara akan ditentukan jika meraih skor 6 terlebih dahulu. Pada duel awal, Karpov sempat mengatasi Kasparov 4-0 dan ia tinggal membutuhkan dua kemenangan lagi.

Namun Kasparov berhasil membalikkan keadaan dengan melalui permainan ketat 40 kali remis sebelum skor berubah menjadi 5-4 bagi keunggulan Karpov. Karpov pun tinggal membutuhkan satu kemenangan lagi untuk mempertahankan gelar juara.  Dari 40 partai remis itu, diantaranya bisa remis berturut-turut. Pertandingan pun harus dilanjutkan pada bulan-bulan mendatang karena kedua pecatur sudah sangat kelelahan.

Saat putaran kedua, pertandingan Karpov-Kasparov (1985) diberlakukan standar baru. Pemain yang terlebih dahulu mencapai angka 12,5 atau lebih dari pertandingan 24 dinyatakan pemenang. Nilai 1 bagi yang menang, remis dan kalah tidak diberikan nilai. Bila draw, maka Karpov akan dinyatakan juara karena sebagai juara bertahan. Tak disangka, Kasparov memenangkan pertandingan. Dan ia dinobatkan sebagai pecatur termuda, usia 22 tahun. Bahkan, ia pernah dinobatkan sebagai juara dunia antara tahun 1985-2000.

Perjuangan Kasparov  menjadi juara dunia juga tidak mudah. Sebelum menantang juara dunia Karpov, ia pernah melawan banyak pecatur terkenal. Ia pernah menang duel  melawan Victor Korchnoi, Roberd Hubner, Eugenio Torre, Lojos Portisch, Vasily Smyslov, Zoltan Ribli, juga Belavsky.

Papan Catur

Mungkin diantara Anda senang bermain catur atau minimal mengamati bagaimana caranya orang bermain catur. Tetapi, bisa juga banyak diantara Anda tidak mengetahui filosofi bermain catur itu. Memang kita lebih banyak berurusan dengan menang-kalah dalam pertandingan dan tidak banyak berpikir pada bagaimana cara bermain dan aturan. Termasuk bermain dan aturan dalam pertandingan catur.

Coba Anda amati sebentar papan catur. Catur terdiri dari 64 kotak persegi (8 baris dan 8 kolom). Papan disusun dalam 2 warna berselang-seling (hitam dan putih). Sementara anak buah catur berjumlah 16 (putih) dan 16 (hitam).

Nama-nama anak buah catur diantaranya; Raja (King), Menteri (Queen), Gajah (Bishop), Kuda (Knight), Benteng (Rook), dan Pion (Pawn).  Buah catur ini punya peran sendiri-sendiri. Misalnya jika dikaitkan dengan langkah dan gerak. Menteri dijalankan miring, benteng horisontal-vertikal, kuda berbentuk huruf L, sementara pion hanya bisa maju dan tidak bisa mundur. Semua buah catur bertugas menjaga keselamatan raja yang hanya bisa “berjalan” satu langkah kemana saja.

Bagaimana jika pion itu berjalan seperti menteri? Tentu tidak bisa. Atau bagaimana kuda dijalankan seperti benteng? Tentu mustahil dan diluar pakem aturan bermain catur, bukan? Semua punya peran dan fungsi masing-masing. Tak bisa bertukar peran. Jika ada dan bisa, nanti akan ada judul “Buah Catur yang Tertukar”. Jika bertukar peran permainan akan kacau. Pion tidak terbiasa pada kebiasaan Raja atau sebaliknya. Jadi buah catur digerakkan oleh sebuah aturan yang berlaku. Aturan main catur tentu tidak bisa dilakukan dengan aturan bermain sepak bola.

Kembali ke papan catur. Seorang master catur seperti Karpov dan Kasparov, sehebat apapun dan sekuat apapun, mereka terbatasi dalam aturan bermain catur. Pemain catur bebas menggerakkan buah caturnya. Apakah ia akan menggerakkan menteri, benteng atau pion. Semua bebas. Yang jelas, jika itu pertandingan, bagaimana dengan kebebasannya itu bias memenangkan pertarungan. Tak heran terjadi tarik ulur dalam pertarungan sebagaimana duel Karpov dan Kasparov.

Jadi, pemain catur bebas menggerakkan buah caturnya untuk kepentingannya tetapi tetap barada dalam koridor aturan sistem hukum yang menjadi landasan dalam bermain catur, bukan? Bebas boleh, tetapi bebas tentu atas batasnya. Apakah ini menolak adanya kebebasan absolut? Pertanyaan kita selanjutnya adalah, apakah ada dan diperbolehkan di dunia ini kebebasan yang absolut? Kebebasan absolut tentu hanya ada dalam “rimba belantara”. Dalam pergaulan manusia, aturan main tetap ada karena banyak kepentingan yang ada di dalamnya. Jadi, semua manusia bisa bebas tetapi tetap terbatas pada aturan main.

Papan catur bisa diibaratkan dengan wilayah atau negara, sementara pemain catuurnya para elite politik. Lalu, buah caturnya bisa diibaratkan rakyat kebanyakan.

Grand Master Jokowi-Prabowo

Beberapa waktu lalu terjadi pertemuan antara Jokowi (Mantan capres nomor 01) dengan Prabowo (Mantan capres 02) di statsiun Moda Raya Terpadu (MRT), Lebak Bulus.  Pertemuan ini dianggap penting karena menjadi  awal adanya rekonsiliasi pasca “perseteruan” Pemilu 2019.

Ibarat pemain catur, Jokowi dan Prabowo bebas berbuat apa saja untuk memenangkan pertarungan. Tentu dengan sumber daya dan kekuasaan yang dimiliki masing-masing. Namun, toh keduanya harus tunduk pada hukum yang berlaku bukan? Kalaupun hukum belum sempurna, tugas lembaga yang berwenanglah yang berkewajiban memperbaikinya. Tetapi, apapun hukum yang sudah dibuat, menghormati keputusan tak bisa dielakkkan. Hukum bisa jadi tidak memuaskan semua pihak. Tetapi hukum itu mengikat “buah catur” dalam konteks bermasyarakat dan bernegara.

Ilustrasi. Jokowi dan Prabowo bertemu di MRT. (Sumber: merdeka.com)

Tentu dalam hal ini kita tidak manganalogikan bahwa rakyat hanya sekedar menjadi “pion” tak berdaulat dan tergantung para pemain catur. Analaogi catur dengan sistem kenegaraan bisa jadi sama. Namun papan catur tetapkan aturan bermain dengan buah caturnya benda mati, sementara rakyat adalah dinamis.

Juga, kita tak menganalogikan juga bahwa Jokowi itu Karpov atau Prabowo itu Kasparov dan sebaliknya. Tetapi keduanya adalah “pemain” yang akan ikut menentukan bagaimana “buah catur” yang selama ini dimilikinya digerakkan. Keduanya hanya berusaha memainkan peran dengan hukum yang berlaku dan itu harus dihormatinya.

Jika Mahkamah Konstitusi (MK) sudah memutuskan Jokowi-Ma’ruf sebagai pemenangnya, maka tak ada cara lain kecuali menghormati keputusan itu. Prabowo dan Jokowi telah menunjukkan sebagai pemain catur papan atas. Bahkan, di atas grand master Anatoly Karpov dan Garry Kasparov.