Anak Indonesia Tumbuh bersama Lagu Ciptaan AT Mahmud

Pada 1968, TVRI mengundang A.T. Mahmud mengkoordinasi acara musik anak-anak dengan nama Ayo Menyanyi. Program dimulai pada 3 Juni 1968. (Foto : Tempo).
Iklan terakota

Terakota.id–Pelangi-pelangi alangkah indahmu, merah kuning hijau di langit ya biru……Lagu pelangi sangat akrab dengan anak-anak. Lagunya mudah dihapal, enak didengar dan memiliki makna keagungan Tuhan. Serta sesuai dengan yang dialami dan dirasakan anak-anak saat melihat pelangi.

Lagu pelangi terus abadi sampai sekarang. Meski penciptanya Abdullah Totong Mahmud lebih akrab dengan nama AT. Mahmud telah menghadap sang pencipta alam raya 6 Juli 2010. AT Mahmud cukup produktif dalam cipta lagu, khususnya lagu anak-anak. Maklum, AT Mahmud merupakan guru Taman Kanak-Kanan yang sangat dekat dengan dunia anak.

Lagu AT Mahmud turut menemani tumbuh kembang anak-anak Indonesia. Siapa yang tak kenal dengan AT Mahmud? Mendiang meninggal 18 tahun lalu, AT Mahmud lahir di Kampung Lima Ulu Kedukan Anyar, 3 Februari 1930. Anak kelima dari sepuluh bersaudara dari pasangan Masagus Mahmud dan Masayu Aisyah.


Berdasar buku Sebuah Memoar : AT Mahmud Meniti Pelangi, AT Mahmud mengawali pendidikan dengan bersekolah di Sekolah Rakyat. Setahun kemudian pada usia tujuh tahun pindah ke Hollandse Indische School (HIS) 24 Ilir. Kecintaan terhadap musik ditunjukkan sejak bersekolah. Pelajaran bermusik menarik perhatiannya. Saat masa peralihan kekuasan Belanda ke Jepang pada 1942, ia berpindah sekolah di  Kanzen Syogakko, Muaraenim. Mengikuti ayahnya yang bertugas di Muara Enim.

Di Muaraenim, AT Mahmud belajar bermusik dengan Ishak Mahmuddin, seorang pimpinan grup orkes. Ia juga bergabung dalam grup orkes tersebut. AT Mahmud berkeinginan melanjutkan bersekolah di Indonesische Nasionaal School Kayu Tanam, Sumatera Barat. Lantaran sekolah itu ada pendidikan musik. Namun, keinginan A.T. Mahmud dilarang ayahnya karena jaraknya terlalu jauh dari rumah.

Setelah lulus pada 1944, ia tak langsung melanjutkan sekolah. Setahun kemudian melanjutkan sekolah di Mizoeho Gakoe-en di Palembang. Sekolah asrama dengan pendidikan secara militer. Selama bersekolah, tak lagi mendengar musik. Saat itulah, ia bertemu Emil Salim dan menjadi karibnya selama bersekolah.

Setelah lulus, ia ditugaskan di kantor perusahaan Jepang menjadi juru bahasa. Setelah Indonesia merdeka, AT Mahmud pindah ke Tebingtinggi bersama ayahnya yang bekerja sebagai Wedana di Bagian Pengadilan Rapat untuk daerah Kewedanaan Musi Ulu, Rawas, dan Tebingtinggi. Ayahnya meminta AT Mahmud bekerja sebagai juru ketik di kantor kawedanan.

Di sini ia berlatih menuliskan puisi atau prosa. Sembari berjualan koran demi mengumpulkan uang untuk membeli tiket ke Palembang melanjutkan sekolah. Februari 1946, meneruskan di Sekolah Umum Tingkat Pertama di Palembang. Maret 1946, pasukan sekutu mendarat Palembang bersama tentara Belanda yang tergabung dalam NICA.

Meski terjadi baku tembak, sekolah tetap berjalan seperti biasa. Mendekati agresi militer Belanda pertama, A.T. Mahmud diberi tugas membantu pemberantasan buta huruf di Prabumulih dengan peralatan seadanya. Pada  agresi militer Belanda pertama A.T. Mahmud meninggalkan Prabumulih. Berkumpul bersama dengan keluarga di Tebingtinggi.

Lantas September 1947 ia bersama teman-temannya ke tempat markas Tentara Nasional Indonesia Sub Komando Sumatra Selatan (Subkoss) Lubuklinggau. AT Mahmud bertugas membuat poster dan ilustrasi dengan tema semangat perjuangan. Saat menjalankan tugas ia sering menyanyi dan semangat menuliskannya saat istirahat.

Berpindah ke Muara Aman, A.T. Mahmud, Ishak Mahmuddin, dan Bawaihi bertugas mengelola Suara Indonesia Merdeka atau Radio Republik Indonesia. AT Mahmud dan Ishak bertugas menyanyi lagu perjuangan yang dikirimkan kepada pasukan di medan pertempuran daerah Sumatera Selatan.

Menjelang akhir Desember 1949 kembali ke Tebingtinggi menemui orangtua. Lantas AT Mahmud memilih keluar dari ketentaraan dan kembali bersekolah. Pada 16 Agustus 1950 ia lulus ujian akhir SMU Bagian Pertama. Sempat tak melanjutkan sekolah, karena tak ada biaya. Ia kembali bersekolah di Sekolah guru bagian A (SGA) Palembang setelah ada tunjangan pendidikan selama tiga tahun.

Lulus 1953, ia bekerja sebagai guru pendidikan jasmani ditempatkan di SGB Tanjungpinang, Riau. Pada 1956, AT Mahmud pindah ke Jakarta sebagai guru SGB V Kebayoran Baru sembari melanjutkan pendidikan B I Jurusan Bahasa Inggris. Menikah 2 Februari 1956 dengan Mulyani Sumarman, guru bahasa Inggris SGB Tanjungpinang.  

Pada 1962, ia ditugaskan kuliah di University of Sydney, Autralia selama setahun. Agar memperoleh sertifikat The Teaching of English As A Foreign Language. Usai itu, ia melanjutkan kuliah Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Jakarta sampai ujian sarjana muda.

Pada 1963, AT Mahmud dipindah di Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak (SGTK) di Jalan Halimun, Jakarta Selatan. Ia memilih keluar dari kuliah dan memilih menekuni musik SGTK dan membentuk kelompok paduan suara.

Pada 1968, TVRI mengundang A.T. Mahmud mengkoordinasi acara musik anak-anak dengan nama Ayo Menyanyi. Program dimulai pada 3 Juni 1968. Aktivitas di TVRI membuat AT Mahmud semakin produktif berkarya. Beragam lagu anak-anak ditulis dan dinyanyikan.

AT Mahmud mengusulkan TVRI menggelar lomba menyanyi perorangan anak “Lagu Pilihanku.” Program tersebut berjalan hingga 20 tahun dan berakhir pada 1988. Sejumlah lagu anak direkam perusahaan rekaman dalam piringan hitam. Pada 1968 direkam sebanyak 40 an lagu dalam piringan hitam. Sejak 1964 hingga 2000 an, AT Mahmud menghasilkan sekitar 500an lagu, termasuk lagu islami.

Penyanyi anak Tasya menyanyikan kembali lagu karya AT. Mahmud pada media 2000 sampai 2001. Tasya Kamila meluncurkan album anak-anak ini tiga kali berturut-turut. Album ini meledak di pasaran.