
Terakota.ID—Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) melibatkan masyarakat untuk bersama-sama memantau kualitas sungai. Terutama bagi kaum perempuan dalam memantau kesehatan dan kualitas air Kali Brantas. “Ikan mati massal menjadi indikator buruknya kualitas air Kali Brantas,” kata Manajer Staff ECOTON, Daru Setyorini dalam Pameran Brantas Xoxo di halaman Kantor Desa Krikilan, Senin 6 Juni 2022.
Kini, kata Daru, perlu menguatkan para pemangku kepentingan dan masyarakat terlibat memantau sungai. Banyak data yang tersebar, ujarnya, sehingga kini perlu kolaborasi menyatukan data untuk memberikan rekomendasi. “Sudah banyak rencana pengelolaan yang sudah dibuat, tetapi saya tidak ingin semua rencana tidak terealisasikan,” kata Daru.
Pameran terselenggara atas kerjasama Dinas Lingkungan (DLH) Jawa Timur, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas dan Pemerintah Desa Krikilan, Driyorejo, Kabupaten Gresik. Pameran meliputi instalasi lorong botol, gerai laboratorium mikroplastik, gerai edukasi pengolahan sampah terpilah rumah tangga, toko isi ulang, galeri foto dan pohon harapan.
Kordinator Pameran Brantas Xoxo Muhammad Kholid Basyaiban mengatakan pameran bertujuan mengedukasi masyarakat untuk peduli terhadap lingkungannya. Serta melibatkan seluruh komunitas, pemerhati lingkungan dan pemerintah untuk saling bersinergi merawat Sungai Brantas. “Perlu kerjasama semua pihak,” ujarnya.
Postdoctoral Reasecher Department of Water Resources, Faculty of Civil Engineering, TU DELFT Belanda Schuyler Houser memaparkan materi tentang Afiliasi Pengelolaan Air Sungai Brantas. Komunitas perempuan di Sungai Brantas, katanya, telah melakukan banyak hal positif. “Saya bangga dan semangat untuk terus mengikuti mereka,” kata Schuyler Houser.

Tiga program yang dilakukan dalam proyek pengelolaan kualitas air meliputi water quality monitoring, industri bersih dan penguatan kelembagaan dan partisipasi masyarakat. Fokus pada penguatan dan partisipasi masyarakat. “Untuk mengetahui peran masyarakat dalam serta pengelolaan lingkungan hidup,” kata Scuyler.
Pengunjung pameran terdiri atas siswa sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Mereka membawa contoh air rata-rata 600 mililiter dari rumah masing- masing untuk diuji kualitas airn di laboratorium mikroplastik. Dari hasil uji kualitas air, sebanyak 20 liter air terkontaminasi mikroplastik berjenis filamen dan fiber.
Peneliti ECOTON Rafika Aprilianti menjelaskan contoh air yang dibawa para pelajar diuji kandungan Total Dissolved Solids (TDS) dan fosfat. Sedangkan untuk uji mikroplastik menggunakan air dari sungai Brantas atau dekat rumah warga Krikilan. Hasilnya mikroplastik bersumber dari serpiha kain sintetis dan kantong plastik yang terdegradasi.
TDS melebihi baku mutu yakni lebih dari 500 miligram per liter, fosfat ada yang di atas baku mutu yakni lebih 0,1 ppm. Fosfat berasal dari limbah detergen, desinfektan, pupuk, dan limbah industry. “Jika fosfat melebihi baku mutu maka air cepat berlumut,” katanya.
ECOTON mengajak komunitas perempuan terlibat untuk menjaga lingkungan. Agar mereka berpengaruh terhadap perbaikan lingkungan. Mulai mengelola sampah terpadu dan memilah sampah dari rumah.

Jalan, baca dan makan