
Terakota.id–Menjelang usia 33 tahun, teater IDEōT telah mengalami pasang surut di dunia teater. Perjalanan sebuah kelompok teater yang menarik untuk disimak. Tak menyerah terhadap masalah dan kesulitan membelit. Konsistensi menjadi kata kunci untuk terus berkarya.
“Apa pun keadaan yang harus kami hadapi, kami tetap terus berupaya berbuat sesuatu. Terus berkarya meski sekadar karya berskala kecil,” kata salah seorang pendiri teater IDEōT, Mohammad Sinwan kepada Terakota.id.
Sinwan atau yang akrab disapa Lekboss ini menghadirkan program yang berguna dan bermanfaat. Meliputi melakukan latihan terus menerus, program workshop, diskusi, dan kami terus menjalin hubungan dan silaturahmi dengan berbagai pihak.
Untuk menandai kehidupan berteater, IDEōT memiliki beragam program. Meliputi program pementasan dan pertunjukan maupun program yang non-pementasan. Non-pementasan, katanya Sinwan, seperti program ‘kelas’ teater IDEōT di sejumlah tempat. Program “berteater di kampung” yaitu mengerjakan karya teater di kampung terpilih.
Sasarannya aktor adalah warga kampung bermain teater. Sedang teater IDEōT berposisi sebagai tim produksi dan sutradara yang akan menggarapnya. Di samping itu, kelompok teater ini juga tengah menyiapkan beberapa pementasan.
Di antaranya, Monolog Gerak, aktornya Agus Babe, alumnus Teater IDEōT kawakan, yang juga alumnus dari Bengkel Teater Rendra. Dan Drama Otobiografi, judul “Lorong Kesunyian atawa The Silent Tunnel,” sebuah drama dengan tokoh utama dua orang.
“Sebuah harapan kuat agar kami bisa merealisasi sebuah drama kolosal sosial-politik dalam judul kereta teroris,” ujarnya. Sebuah pertunjukan yang gagasannya muncul sejak 2011. Sebagian naskah, katanya, sudah tertulis sebagian. Sedangkan konsep naskah sudah tuntas.
“Pertunjukan ini sangat ditunggu Seno Joko Suyono, wartawan senior majalah Tempo. Dia juga alumnus teater IDEōT,” kata Sinwan. Dia mengamini kata-kata Pramoedya Ananta Toer, bahwa menulis adalah bekerja untuk keabadian. Menjelang perayaan ulang tahun ke-33, tengah disiapkan sebuah buku yang menarasikan perjalanan hidup berteater yang dijalani.
Buku berisi kesaksian, filosofi hidup berteater, dan rekam jejak, yang tercatat selama kiprah berteater. “Secara singkat, isi buku 32 tahun Teater IDEoT berisi berbagai tulisan dari tulisan-tulisan saya sendiri, teman-teman, sahabat, dan para alumnus,” ujar Lekboss. Buku ini, katanya, merupakan refleksi sebuah perjalanan panjang kami dalam mengarungi ‘belantaran’ kehidupan berteater di Teater IDEoT.
Meliputi bagaimana bertahan dalam konsistensi berteater dan berkehidupan. Tak boleh ‘lelah’, katanya, harus merawat idealisme yang diyakini sebagai sebuah pondasi untuk meraih kebahagiaan hidup. Buku ini, menurut Sinwan, semacam tali asih atau persembahan untuk para alumnus Teater IDEōT. Selama ini tetap komitmen dan selalu mendukung kegiatan teater IDEōT.
Dari segi usia IDEōT merupakan kelompok teater yang telah matang. Namun, regenerasi dan sumber daya manusia menjadi persoalan yang mendasar. Untuk menjadi anggota, harus menghadapi persoalan yang rumit dan sulit. Sehingga harus kami mencari cara dan strategi untuk mengatasinya.
“Banyak sih, di Malang ini kelompok-kelompok teater bermunculan, dan makin banyak juga anak mudayang ‘tampaknya’ sedang berteater. Tapi, secara pribadi mereka sulit diajak belajar dengan sungguh-sungguh melalui proses berteater,” kata Sinwan.
Sinwan menerapkan pola pendidikan teater yang disiplin dan keras. Seorang seniman, katanya, tak bisa lahir tanpa latihan dan disiplin. Termasuk kemampuan berteater, bukan sebuah bakat yang tiba-tiba turun dari langit.
Dengan sumber daya yang terbatas, mereka bekerja keras dan siap bekerja habis-habisan. Teater IDEōT mulai tahun ini, mencari solusi untuk menggairahkan perteateran. Sebuah keputusan strategi diambil dengan cara menerima secara terbuka siapa saja yang ingin bergabung di Teater IDEōT. Bergabung sebagai anggota maupun sebagai pembelajar yang tak terikat keanggotaan.
“Bergabung sebagai anggota harus bersedia mengikuti segala aturan main dan proses dengan standar teater IDEōT. Sedangkan pembelajar, siapa pun bisa mengikuti belajar, berlatih, dan berteater sesuai kapasitas dan minatnya,” ujarnya. Belajar penuh waktu, maupun paruh waktu bisa dilakukan sesuai keinginan dan kesempatannya saja.
Semua proses disediakan secara cuma-cuma. Siapapun bisa menjadi anggota atau pembelajar secara gratis. Teater IDEōT telah berbadan hukum berbentuk yayasan bernama Ideot Indonesia. “Mereka datang dan belajar bersungguh-sungguh dan serius saja menjadi kebahagiaan bagi teater IDEōT,” katanya.
Kedepan, kelompok teater tetap mempertahankan ciri khas mereka selama ini. Selain juga komitmen untuk teguh dalam berprinsip, konsistensi, dan tetap merawat idealisme. “Idealisme yang selama ini kami genggam dan yang membuat kami bisa hidup bertahan dan bertahan dalam kehidupan,” pungkas Sinwan.

Asisten Redaktur. Pegiat literasi dan coffee addict
[…] 33 Tahun Persembahan Teater IDEōT […]
[…] 33 Tahun Persembahan Teater IDEōT […]
[…] 33 Tahun Persembahan Teater IDEōT […]